-->

Senin, 19 Februari 2024

Sebanyak 12 Ogoh-ogoh Terbaik Kota Denpasar Tahun 2024 Diumumkan


Ket foto : Beberapa nominasi ogoh-ogoh di Kota Denpasar Tahun 2024.

Denpasar, Bali Kini - Setalah melalui proses penilaian di tempat selama dua hari pada 17-18 Februari lalu, Lomba Ogoh-Ogoh Kota Denpsar Tahun 2024 akhirnya menetapkan pemanang. Dimana, terdapat 12 pemenang yang merupakan tiga besar terbaik dari masing-masing kecamatan se-Kota Denpasar. Nantinya, 12 ogoh-ogoh yang lolos ini akan diparadekan serangkaian pelaksanaan Kesanga Festival pada 1–3 Maret mendatang. 


Pengumuman yang tertuang dalam berita acara yang ditandangani seluruh Tim Juri dan Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar ini diumumkan secara resmi pada Minggu (18/2) malam. Dimana, untuk wilayah Denpasar Selatan, ST. Dharma Subiksa, Br. Sasih Panjer keluar sebagai Nominasi I dengan nilai 279, disusul ST. Sukerela, Br, Kepisah Pedungan sebagai Nominasi II dengan nilai 268 dan Nominiasi III diraih ST. Canti Graha, Br. Tengah, Desa Sesetan dengan nilai 265. 


Selanjutnya untuk Kecamatan Denpasar Barat, Nominasi I diraih ST. Yowana Sawitra, Br. Abinatimbul dengan nilai 276, disusul ST. Wira Dharma, Br. Sumuh sebagai Nominasi II dengan nilai 271 dan Nominasi III diraih ST. Sekar Tirta Yowana, Br. Sapta Bumi dengan nilai 266.  Untuk Kecamatan Denpasar Utara, Nominiasi I diraih ST. Cantika, Br. Sedana Mertha dengan nilai 290, sebagai Nominiasi II diraih ST. Werdhi Sesana, Br. Tega dengan nilai 285 dan Nominasi III diraih ST. Eka Pramana, Br.Mertha Rauh dengan nilai 272. 


Sedangkan untuk Kecamatan Denpasar Timur, Nominiasi I diraih ST. Santhi Yowana, Br. Yangbatu Kangin dengan nilai 274, disusul ST. Yowana Werdhi sebagai Nominasi II dengan nilai 264 dan Nominiasi III diraih ST. Mekar Sari, Br. Kesambi dengan nilai 257. 


Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar Raka Purwantara saat dikonfirmasi Senin (19/2), mengatakan penilaian lomba di tingkat kecamatan telah usai dilaksanakan. Dalam penilaian ini akan dicari sebanyak tiga ogoh-ogoh terbaik di masing-masing kecamatan. Nantinya 3 ogoh-ogoh terbaik di tiap-tiap kecamatan akan mendapatkan uang pembinaan masing-masing Rp 30 juta. 


Tak hanya itu, dalam pembuatan ogoh-ogoh tahun 2024 ini, Pemkot Denpasar memberikan insentif kepada sekaa teruna. Pemkot menggelontorkan anggaran sebesar Rp 3,6 miliar khusus untuk pembuatan ogoh-ogoh dalam rangka Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946. 


Jumlah tersebut diperuntukkan bagi 360 sekaa teruna (ST) di Kota Denpasar sebagai bentuk pelestarian seni dan budaya Bali. Dimana, masing-masing ST mendapatkan dana pembinaan sebesar Rp 10 juta.


“Total 12 ogoh-ogoh terbaik dari empat kecamatan sudah ditetapkan, dimana 12 pemenang tersebut akan mendapatkan uang pembinaan masing-masing Rp 30 juta, dan nantinya diparadekan di kawasan Catur Muka Denpasar serangkaian Kesanga Festival 2024,” ujarnya


Selain itu, lanjut Raka Purwantara, Kasanga Festival Tahun 2024 akan digelar selama tiga hari pada 1–3 Maret 2024. Dimana, selain 12 ogoh-ogoh terbaik STTT juga dimeriahkan dengan lomba ogoh-ogoh mini, lomba sketsa ogoh-ogoh, dan lomba baleganjur ngarap. 


“Kami ucapkan selamat bagi seluruh karya STT yang sudah masuk nominasi, selanjutnya persiapkan diri menuju Kesanga Festival Tahun 2024, bagi yang belum masuk nominasi, tetap berkarya dan semangat,” ujarnya. (Ags/R). 

Rabu, 14 Februari 2024

Pernak Pernik TPS dari Nuansa Valentine Hingga KPPS Busana Pragina


Denpasar , Bali Kini -
Banyak cerita menarik dalam pemilihan suara rakyat di Pemilu 2024 ini. Dari Tempat Pemilihan Suara (TPS) dipoles nuansa Valentine hingga ada juga yang Petugas KPPS gunakan  pakaian Pragina.

Hal itu dilakukan selain menarik simpati kegembiraan dalam menyambut Pemilu yang damai juga penuh kasih sebagaimana pemilihan yang bertepatan dengan hari Valentine.

TPS bernuansa Valentine terjadi di TPS 026 Banjar Tunjung Sari Desa Pegunungan Kangin Denpasar Utara. Uniknya di TPS ini penuh nuansa merah muda yang dihiasi balon dan bunga. Bahkan para petugasnya lebih ditonjolkan wanita.

Ditempat terpisah, Petugas KPPS gunakan pakaian Pragina Arja Cupak yang merupakan legenda yg melekat di wilayah Penarungan Banjar Blungbang, Badung.

"Kita inginkan agar masrakat tidak jenuh dalam mengantre. Selain itu, menarik warga agar berbondong bondong datang ke TPS untuk menentukan hak suaranya," ujar salah satu petugas di TPS Penarungan Banjar Blungbang, Badung.[rl/r5]

Selasa, 13 Februari 2024

Surat Suara Pemilu Rusak dan Lebih Dimusnahkan


Denpasar , Bali Kini 
- Adanya kelebihan surat suara Pemilu 2024, langsung dimusnahkan dengan cara di bakar. Pemusnahan ini dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Denpasar, Selasa (13/02) di GOR Kompyang Sujana, Jalan Gunung Agung Denpasar. 

Pemusnahan surat suara ini dilakukan sebagai langkah preventif untuk mencegah potensi penyalahgunaan surat suara yang tidak terpakai dan mengurangi risiko kerawanan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum 2024.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua KPU Kota Denpasar, Dewa Ayu Sekar Anggraeni, serta perwakilan dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kota Denpasar, Ibu Eka, beserta anggota KPU Kota Denpasar lainnya.

Ketua KPU Kota Denpasar menyampaikan bahwa pemusnahan dilakukan terhadap 5 jenis surat suara yang tidak dapat digunakan karena mengalami kerusakan, seperti bercak noda besar, robek, atau kesalahan cetak pada tintanya. 

Jumlah surat suara yang dimusnahkan mencapai 15.085 lembar, meliputi surat suara Presiden dan Wakil Presiden, DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi Bali, serta surat suara DPRD Kota Denpasar.

Disisi lain, Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi, menegaskan bahwa pemusnahan ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga integritas dan keamanan dalam pelaksanaan Pemilihan Umum, serta memastikan bahwa surat suara yang digunakan adalah yang sah dan tidak terdapat kecacatan.[rl/3]

Minggu, 11 Februari 2024

Barongsai Hebohkan Airport Ngurah Rai


Mangupura , Bali Kini
–  Tabuhan genderang menderu dengan ramai di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, sejak kemarin hingga Minggu (11/02). Sementara tarian barongsai yang meliuk lincah, menghibur di area ruang tunggu keberangkatan terminal domestik. 

Penumpang pun dengan antusias antre untuk berfoto bersama sejumlah penari dalam memeriahkan tahun baru Imlek 2575, di tahun Naga  ini.

“Kami berkomitmen penuh untuk memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pengguna jasa bandara. Dimana setiap momen hari raya dan hari besar di Indonesia maupun internasional kami menyelenggarakan thematic event untuk meningkatkan passenger experience serta revenue bandara,” ujar General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Handy Heryudhitiawan.

Lanjutnya, dengan bertambahnya penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, tentu hal ini membuka peluang untuk meningkatkan penjualan di bandara. 

"Selain itu, kami juga menghiasi bandara dengan lampion dan figur naga yang menarik untuk dijadikan spot untuk berfoto oleh seluruh pengguna jasa bandara,” lanjut Handy.

Di momen Imlek ini, pihaknya menggelar loyalty program yakni Eat, Shop, Fly. “Dengan berbelanja di bandara, maka para pengguna jasa dapat menukarkan struk belanjanya dengan poin yang dapat ditukarkan dengan berbagai hadiah menarik,” jelasnya.

Disampaikan pula pada masa libur panjang Isra Mikraj dan Hari Raya Imlek tanggal 8 – 10 Februari 2024 Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai telah melayani sebanyak 192.284 penumpang baik domestik maupun internasional dengan masa puncak pergerakan penumpang yaitu pada tanggal 8 Februari dengan pelayanan kepada 68.408 penumpang.[jr/r5]

Lestarikan Bahasa Bali Sebagai Bahasa Ibu,


Denpasar, Bali Kini
- Desa Sidakarya kembali menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali VI Warsa 2024, yang telah menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kelestarian bahasa Bali sebagai bahasa ibu ini, dilaksanakan di desa setempat, pada Sabtu (10/2). 


Lebih dari ini 30 orang peserta dari berbagai tingkatan, mulai dari anak-anak SD, Sekaa Teruna hingga ibu-ibu anggota PKK, mengikuti kegiatan ini. 

Adapun jenis lomba yang diadakan meliputi Nyurat Aksara Bali untuk tingkat SD, Ngwacen Bahasa Bali bagi peserta Sekaa Teruna,  dan Masatua Bahasa Bali yang diikuti oleh para ibu anggota PKK. 


Perbekel Desa Sidakarya, I Wayan Madrayasa saat diwawancara mengatakan, sebagai sebuah 

upaya untuk menjaga kelestarian bahasa Bali di tengah arus modernisasi, penyelenggaraan berbagai event dalam Bulan Bahasa Bali dapat selalu mengundang antusiasme warga untuk mengikutinya terutama para generasi muda. 


"Bahasa Bali adalah identitas dan ciri khas budaya Bali yang perlu dilestarikan. Melalui kegiatan ini, kami ingin menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bahasa Bali dan mendorong mereka untuk menggunakan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari," ujar Madrayasa. 



Ia juga menambahkan, Bulan Bahasa Bali juga ditujukan untuk semakin  mengajegkan budaya Bali pada era baru, yang penuh dengan perubahan. 


"Pada masa digital ini, banyak generasi muda yang mengenal budaya luar dan mulai lupa dengan budaya Bali. Maka, penting bagi kita untuk dapat selalu berusaha melestarikan budaya Bali, termasuk di dalamnya bahasa Bali," tuturnya lagi. 



Melihat animo warga dalam mengikuti kegiatan Bulan Bahasa Bali VI ini, Madrayasa memberikan apresiasi dan berharap kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan tetap dapat diselenggarakan di tahun-tahun berikutnya lagi. (HumasDps/Win)

Kamis, 08 Februari 2024

Jajaran WHDI Kota Denpasar Dharma Yatra ke Pura Ponjok Batu, Kabupaten Buleleng


Buleleng, , Bali Kini -
Ketua Organisasi Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara bersama jajaran pengurus organisasi tersebut, Denpasar melakukan Dharma Yatra ke Kabupaten Buleleng pada Kamis (8/2) pagi. Kegiatan ini digelar dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) WHDI Kota Denpasar yang jatuh pada 12 Februari 2024 mendatang. 


Adapun lokasi persembahyangan yang dikunjungi adalah Pura Puncak Penulisan Kintamani, dan juga Pura Ponjok Batu Buleleng. Rangkaian perjalanan ini sendiri merupakan salah satu program kerja WHDI Kota Denpasar di tahun 2024, setelah sebelumnya telah dilaksanakan Dharmayatra di Pura Tegeh Kahuripan (Pura Puncak Penulisan) Kintamani, Batur. 


Pemilihan Pura Ponjok Batu sebagai tujuan kali ini didasarkan karena  lokasi ini memiliki keunikan tersendiri,  yakni terdapat 5 sumber mata air di sepanjang pesisir pantai yang sering digunakan sebagai tempat melukat (penyucian diri) dan nunas tamba (meminta obat dan rejeki).


Di lokasi persembahyangan, Antari Jaya Negara mengungkapkan, kegiatan Dharmayatra ini merupakan wujud srada dan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

“Kegiatan Dharma Yatra kali ini selain laksanakan sebagai wujud srada dan bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan salah satu implementasi program kerja WHDI di bidang agama dan bidang kebudayaan di tahun 2024 ini," ujarnya. 


Sementara itu, Sekretaris WHDI Kota Denpasar, Luh Made Kusuma Dewi menuturkan kegiatan ini rutin dilakukan tiap tahunnya dengan melaksanakan Bakti Penganyar baik Pura yang berlokasi di dalam dan diluar daerah Bali.

"Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk wujud bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi, kita lakukan secara rutin ke beberapa lokasi pura baik di dalam daerah Bali maupun di luar daerah Bali.  Selain itu, kegiatan ini juga untuk meningkatkan solidaritas dan kekompakan diantara anggota WHDI Kota Denpasar dalam menjalankan program kerja di tahun 2024 ini," tuturnya (IND)

Tari Hyang Baka Geni Jadi Pembuka Tradisi Siat Api Selat Duda, Begini Maknanya


Karangasem, Bali Kini -
Tradisi Siat Api di Desa Duda Kecamatan Selat Karangasem kembali digelar, Kamis (8/2/2024).


Pagelaran Siat Api kali ini berbeda dengan sebelumnya, dimana pembukaan Siat Api menampilkan tarian Hyang Baka Geni. Menampilkan karakter Sang Hyang Agni yang memiliki makna api dan panas, dalam bentuk manifestasi dewa Brahma dikenal dengan kesaktiannya dapat membinasakan dan membasmi segala bentuk kejahatan yang mengotori bumi dengan api saktinya.

 

Komposer dari tarian ini ialah I Made Adyaksa Pramarta dan Wayan Suardana dengan koreografi I Wayan Arimbawa. Api yang diimplementasikan ke dalam Tari kreasi baru dengan karakter api yang berkobar menggambarkan semangat dan euforia tradisi Siat Api dengan properti kipas sebagai kobaran api dan gerak cekatan menggambarkan rasa semangat yang nantinya dapat memberikan aura positif dalam tradisi Aci Siat Api.


Kostum yang menawan didominasi dengan warga merah dan jingga serta rumbai yang erat kaitannya dengan simbolissasi api ini dibuat oleh Petak Sikap. Didukung dan dibawakan oleh  Seke Truna Yowana Sida Karya Banjar Adat Pegubugan.



Menurut Bendesa Adat Selat Duda, I Komang Sujana mengatakan jika makna dari tarian ini sendiri menceritakan bagaimana gambaran api yang ada didalam diri kita sendiri.


"Sejatinya kekuatan busuk yang besar itu ada di dalam diri. Nah inilah makna dari Siat Api ini bagaimana kita mengelola api yang ada dalam diri kita sendiri. Api mempunyai  ada dua sisi dimensi. Ketika kita mengelola api dengan baik maka energi yang positiflah yang kita masukkan ke dalam diri, sebaliknya jika salah mengelola api maka energinya menjadi negatif," katanya. Penampilan Tari Hyang Baka Geni dilanjutkan dengan aksi Siat Api.


Untuk diketahui, tradisi ini dilaksanakan serangkaian upacara Metabuhin di Pura Puseh/Bale Agung Desa Adat Duda yang merupakan awal dari digelarnya berbagai ritual yang dilaksanakan kerama desa Duda. Dilaksanakan di atas jembatan Tukad Sangsang yang melintasi wilayah Desa Adat Duda yang juga digunakan batas Desa dinas Duda dengan Desa dinas Duda Timur.


Pelaksanaannya biasa dilakukan 1 bulan sebelum perayaan Nyepi. Dimana pesertanya ialah para yowana yang berasal dari 2 kubu yakni kubu dari Barat Tukad Sangsang dan Timur Tukad Sangsang. Dengan berbekal senjata prakpak yang berjejer di lebuh paumahan kerama sehabis "metektek prus" yang digunakan untuk melakukan ritual "perang"/"siat" yakni untuk memukul lawan.


Meski mengalami luka, para peserta mengaku jika luka tersebut tidak akan bertahan lama. Menurut salah satu peserta yang mengalami luka bercak merah di dada, mengaku jika luka kecil tersebut akan hilang dengan sendirinya. "Tidak apa-apa bisa dinetralkan dengan Tirta, besok akan hilang dengan sendirinya," katanya.


Rangkaian awal dalam pelaksanaan Siat Api ini ialah melaksanakan upacara metabuhin yang bertujuan sebagai pembersihan secara niskala seluruh wilayah kekuwub Desa Adat Duda yang meliputi 27 banjar adat. Metabuhin ini diawali dengan petedunan Desa Pitulikur (27) untuk mempersiapkan sesajen termasuk salah satunya membuat olahan mangong sebagai salah satu sarana unik  dalam upacara ini. Olahan mangong ini khusus dibuat di sebuah bagunan saka pat suci di Jaba Sisi/teben yang dikenal dengan Bale Mangong.


 

Siat ini dilakukan minimal sebanyak tiga putaran dan diselingi dengan istirahat, putaran berikutnya kembali menari dan dilanjutkan saling menyerang dengan senjata prakpak dan diakhiri dengan sorak sorai kegembiraan dari kedua kubu yang disemangati dengan tabuh baleganjur. (Ami)

Minggu, 04 Februari 2024

Pengingat Peninggalan Cagar Budaya, 1110 Tahun Prasasti Blanjong Pemkot Denpasar Apresiasi Kegiatan "Jaya Stambha"


 Teks foto : Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana saat menghadiri kegiatan peringatan 1110 Tahun "Jaya Stambha" Blanjong, Minggu (4/2) di In situ Prasasti Blanjong dan Pura Dalem Blanjong, Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.



Denpasar, Bali Kini - Pelaksanaan  peringatan 1110 Tahun "Jaya Stambha" Prasasti Blanjong   berlangsung, Minggu (4/2) di In situ (lokasi asli) Prasasti Blanjong dan Pura Dalem Blanjong, Banjar Blanjong,  Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan.
Kegiatan "Jaya Stambha" Blanjong diapresiasi Pemkot Denpasar dalam gelaran berbagai agenda kegiatan untuk memperingati keberadaan Prasasti Blanjong sebagai salah satu cagar budaya di Kota Denpasar.
Hadir dalam kegiatan ini Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana mewakili Walikota Denpasar, Kadis Kebudayaan Denpasar, Raka Purwantara, dan Camat Denpasar Selatan, I Made Sumarsana. Hadir pula Perbekel Desa Sanur Kauh, Made Ada, 
Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana, dan Sinau Cagar Budaya (Sigarda), serta komunitas Legu Gondong.

"Kami memberikan apresiasi atas pelaksanaan peringatan 1110 ditancapkannya Prasasti Blanjong yang berlokasi di Blanjong, Sanur," ujar Sekda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana yang ditemui disela-sela peninjauan kegiatan. 
Lebih lanjut Sekda Alit Wiradana menyampaikan Prasasti Blanjong merupakan bukti sejarah yang otentik tentang awal keberadaan kerajaan Bali kuno. 
Keberadaan cagar budaya memiliki peran penting dalam melestarikan identitas sejarah dan budaya suatu daerah. Cagar budaya berfungsi sebagai saksi bisu perjalanan waktu, menyimpan nilai-nilai kultural, arsitektural, dan sejarah yang menjadi bagian integral dari suatu masyarakat. Selain itu, cagar budaya juga dapat menjadi sumber penelitian untuk memahami perkembangan peradaban manusia. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya merupakan investasi dalam warisan budaya yang mendalam dan berkelanjutan.
"Dari keberadaan Prasasti Blanjong, Pemkot Denpasar telah melakukan langkah-langkah untuk terus menjaga dan melestarikan. Terlebih saat ini mendapat dukungan dari semua pihak termasuk komunitas Sigarda yang berperan dalam menjaga cagar budaya agar tetap terjaga, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang," ujarnya. 
Sementara Ketua Panitia,  Wayan Sila Sayana menyampaikan dari kegiatan yang bertajuk "Jaya Stambha" Blanjong sebagai pengingat keberadaan sebuah kota pelabuhan yang pernah ditancapkan pada Tahun Saka 835 di kawasan Sanur. "Dipilihnya tanggal peringatan kegiatan 1110 Tahun Prasasti Blanjong tidak terlepas dari tulisan tanggal Prasasti Blanjong yang menurut kalender Saka India, pada hari ketujuh dari setengah Bulan Phalguna dari Tahun Saka 835. Menurut perhitungan Louis-Charles Damais yang bertepatan dengan 4 Februari 914 Masehi," ujarnya. 
Lebih lanjut disampaikan, sebagai sebuah catatan sejarah kuno, Prasasti Blanjong sendiri tergolong unik, karena bertuliskan dua macam huruf yakni, huruf Pra-Nagari yang menggunakan Bahasa Bali Kuno, serta huruf Kawi dengan menggunakan Bahasa Sanskerta dan Bali Kuno, yang ditulis secara silang. Dalam Prasasti Blanjong disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali, yang dikeluarkan oleh Raja Bali Adipatih Sri Kesari Warmadewa, yang berstana di Singhadwara Pura. 
Dalam peringatan 1110 Tahun dalam gelaran kegiatan yang diisi dengan beberapa acara. Antara lain, pembacaan Kekawin "Wirama Sardula Wikridita", dan pementasan Tari Topeng Koreo Tunggal oleh Rumah Topeng Sanur, pimpinan Made Kara. Selain itu, juga diisi dengan diskusi bertajuk Singha Dwara Pura, sebuah kota pelabuhan yang hilang. 
"Sebagai sebuah catatan sejarah, yang usianya lebih dari seribu tahun, melalui peringatan ini kami ingin menyampaikan terutama kepada generasi muda agar ikut melestarikannya," ujarnya. (pur)

Sabtu, 03 Februari 2024

Pemkot Denpasar Gelar Persembahyangan dan Nguduh Sarwa Tumuwuh Peringati Hari Tumpek Wariga


 Ket foto : Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat mengikuti rangkaian Persembahyangan Bersama, Nguduh Sarwa Tumuwuh serta Penanaman Pohon dalam rangka memperingati Tumpek Wariga yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha Denpasar pada Sabtu (3/2). 


Denpasar , Bali Kini - Tumpek Wariga atau yang dikenal dengan sebutan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau Tumpek Bubuh ini diperingati oleh Umat Hindu setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga. Pemerintah Kota Denpasar secara khusus melaksanakan Persembahyangan Bersama, Nguduh Sarwa Tumuwuh dan Penanaman Pohon dalam rangka memperingati Tumpek Wariga yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha Denpasar pada Sabtu (3/2). 


Upacara tersebut dihadiri langsung Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua Bapemperda DPRD Kota Denpasar, AA Putu Gede Wibawa, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka, Perwakilan Forkopimda Kota Denpasar serta pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar. 


Diiringi dengan suara kidung dan gender wayang, rangkaian Upacara peringatan Tumpek Wariga diawali dengan ngaturang upakara, dilanjutkan dengan ngelis dan persembahyangan bersama yang dipuput Ida Pedanda Putu Mas Sidemen, Griya Sari Sanur. Usai persembahyangan, Walikota Jaya Negara bersama jajaran turut melaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh dan Penanaman Pohon di area Pura Agung Lokanatha. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan persembahan kepada tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan persembahan bubuh lima jenis warna. 


Dalam Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana, kelima jenis bubuh tersebut yakni pertama Bubur/bubuh beras putih dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian. Kedua yakni Bubur/bubuh beras merah dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji-bijan. Ketiga yakni Bubur/bubuh sumsum hijau (kayu sugih) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik, seperti mangga, klengkeng, wani, kelapa, prapat (mangrove), dan lainnya. 


Selanjutnya keempat yakni Bubur/bubuh ketan (warna kuning) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya. Dan kelima yakni Bubur/bubuh beras injin (beras hitam) dihaturkan kepada tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni, dan/atau minyak harum.


Dimana, Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa. "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged,". Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah dan berbunga banyak agar dapat dipersembahkan saat Galungan nanti.


Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, peringatan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh di Kota Denpasar memang rutin dilaksanakan sebagaimana Hari Tumpek lainya. Meski demikian, di Kota Denpasar, selain upacara Persembahyangan Bersama juga dilaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh atau memberikan persembahan bubuh bagi tumbuh-tumbuhan serta penanaman pohon. 


Lebih lanjut dijelaskan, saat Tumpek Wariga, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan. Dimana, Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.


Jaya Negara menambahkan, Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Sehingga, perayaan Tumpek Wariga juga merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam.


"Mari kita bersama, Umat Hindu dimanapun berada menjadikan Tumpek Wariga ini sebagai momentum untuk meningkatkan sradha bhakti, wujud syukur kepada alam semesta yang telah memberikan anugrah kekayaan alam, dengan menyucikan dan memuliakan tumbuh-tumbuhan yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi umat manusia," ujar Jaya Negara. (Ags/H).

Wujud Terimakasih Terhadap Alam, Festival Tumpek Wariga Dibuka

 


Jembrana , Bali Kini  - Perayaan Tumpek Wariga Kabupaten Jembrana 2024 dipusatkan di Hutan Belajar Giri Amerta, Desa Yehembang Kauh, Kec. Mendoyo, Sabtu (3/2)

Mengusung Tema "Forest In Harmoni" perayaan Festival Tumpek Wariga dibuka secara langsung oleh Bupati I Nengah Tamba.

Tutut hadir dalam acara tersebut Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bali I Made Teja, Kelompok Tani Hutan Se-Jembrana dan masyarakat setempat.

Dalam sambutanya Bupati Tamba mengatakan peringatan tumpek wariga atau juga disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. 

"Pada hari ini kita sama-sama memperingati tumpek wariga memberikan rasa terima kasih kepada alam semesta utamanya tumbuh-tumbuhan yang memberikan sumber kehidupan kepada kita semua,” ujarnya

Lanjutnya, Tumpek wariga memberi makna untuk menjaga alam juga dikaitkan dengan leluhur terdahulu maka 25 hari lagi akan menyambut hari raya Galungan.

“25 hari lagi kita akan melaksanakan Hari Raya Galungan persembahan yang kita lakukan hari ini diharapkan seluruh pepohonan yang menghasilkan buah dapat berbuah lebat sehingga pada hari raya galungan itu buahnya bisa kita petik dan digunakan untuk sesajen,” ungkap Bupati Tamba.

Disisi lain,  Bupati Trenggalek  Mochamad Nur Arifin mengapresiasi  terselenggaranya Festival Tumpek Wariga yang dimaknai sebagai ungkapan rasa syukur terhadap kekayaan alam yang melimpah ruah.

“Luar biasa Pak Bupati turun langsung memimpin masyarakatnya. Ini mempunyai filosofi yang sangat tinggi dimana inilah wujud nyata dalam kepedulian terhadap alam, kita sangat tergantung dengan alam maka kalau kita tidak baik dengan alam maka alam juga akan tidak baik dengan kita,” ucapnya

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Hutan Giri Amertha Gusti Made Loka Putra menjelaskan perayaan Festival Tumpek Warige di KPH Giri Amerta akan berlanjut setiap tahunya.

“sangat antusias dan sangat senang sekali kami disini menjadi tempat untuk perayaan tumpek wariga, tentu ini akan terus berlanjut seiring sejalan dengan agenda kita sabha wana kerthi Tujuannya untuk melestarikan hutan dan masyarakatnya sejahtera, ”pungkasnya.( Gusadi/hum )

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved