Minggu, 05 Desember 2021
BaliKini.Net
Jaya Negara: Amalkan Prinsip Dasar PMI, Dharma Bhaktikan Tugas Untuk Masyarakat Luas
BaliKini.Net
Satpol-PP Kota Denpasar Siang Malam Terus Gencarkan Sosialisasi dan Pemantauan Prokes
BaliKini.Net
Bupati Suwirta Berbagi Pengalaman Bersama Pengurus Koperasi Mapan di Denpasar
BaliKini.Net
Bupati Suwirta muspayang Upacara Bhumi Sudha di Pura Watu Klotok
Sabtu, 04 Desember 2021
BaliKini.Net
DUA ORANG TERPELESET DAN JATUH KE JURANG SAAT HIKING DI DESA KEDEWATAAN
GIANYAR , Bali Kini - Dua orang terpeleset dan jatuh ke jurang saat melakukan hiking di Desa Kedewataan Ubud, Gianyar, Sabtu (4/12/2021). Dari informasi yang diterima Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar (Basarnas Bali), diperkirakan lokasi kejadian berada di titik koordinat 08° 29'36.97"S -115°14'53.64"T . Mereka memulai dari Desa Lungsiakan, namun sesampainya di Desa Kedewatan sekitar pukul 16.00 Wita korban terjatuh.
"Informasi tadi kami terima pukul 17.40 Wita dari Kabid Kedaruratan BPBD Kabupaten Gianyar, selanjutnya diberangkatkan 8 orang rescue dari Kantor Basarnas Bali yang berada di Jimbaran, " terang Gede Darmada, S.E., M.A.P., Kepala Kantor Basarnas Bali. Diketahui identitas korban atas nama Lee (56/WNI) dan Lawren (56/WNA Inggris).
Akhirnya proses evakuasi selesai dilakukan oleh tim SAR gabungan pada pukul 18.45 Wita. "Keduanya dalam kondisi selamat, namun mengalami cedera, yang WNA ada luka lecet sementara korban lainnya diperkirakan patah tulang di tangan kirinya, " ungkapnya. Setelah terevakuasi, keduanya dibawa menuju RS Aricanti Ubud menggunakan Ambulance PMI Kabupaten Gianyar.
Unsur SAR yang terlibat dalam Operasi SAR diantaranya Basarnas Bali, Samapta Polda Bali, Polres Gianyar, Polsek Ubud, Babinsa Desa Ubud, BPBD Gianyar, PMI Gianyar dan masyarakat setempat. (ay/4)
BaliKini.Net
TIM SAR EVAKUASI KORBAN BUNUH DIRI DI TUKAD BANGKUNG
BADUNG , Bali Kini - Warga yang melintasi di Jembatan Tukad Bangkung dibuat heboh, lantaran ada sesosok pria yang gantung diri di jembatan tersebut, Sabtu (4/12/2021). Jenasahnya ditemukan pagi-pagi buta menggelantung dengan tali terikat di tiang jembatan.
Kantor Pencarian dan Pertolongan Denpasar (Basarnas Bali) menerima informasi tragis itu sekitar pukul 10.00 Wita. "Info kami terima dari Bapak Panca, TRC BPBD Badung yang menginfokan 1 orang pria bunuh diri dan hingga proses evakuasi selesai, belum diketahui identitasnya, " terang Gede Darmada, S.E., M.A.P., selaku Kepala Kantor Basarnas Bali.
Sebanyak 7 orang personil diberangkatkan dari Kantor Basarnas Bali di Jimbaran menuju Jembatan Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang Kabupaten Badung. Tim SAR gabungan yang melaksanakan evakuasi dilengkapi dengan peralatan mountenering. Proses evakuasi berlangsung mulai pukul 12.15 Wita dengan menurunkan 1 orang rescue menggunakan tali. "Proses evakuasi berjalan lancar, tidak ada kendala di lapangan dan tim SAR gabungan telah mengangkat tubuh korban , " ungkapnya. Berselang kira-kira 50 menit jenasahnya sudah dibawa ke atas jembatan, selanjutnya dibawa ke Puskesmas Petang dengan Ambulance PMI Kabupaten Badung.
Dalam operasi SAR turut melibatkan unsur SAR dari Basarnas Bali, Samapta Polda Bali, INAFIS Polres Badung, Polsek Petang dengan 20 orang personil, Banbinsa Desa Plaga dengan 1 orang personil, TRC BPBD Kabupaten Badung, SAI Rescue, PMI Kabupaten Badung, Puskesmas Petang, dan masyarakat setempat.[Ayu/4]
BaliKini.Net
Sejarah Tarian "Janger - Kecak Tumpang"
Sejarah Tarian "Janger - Kecak Tumpang" Banjar Adat Wiryasari Amlapura Tampil Nasional Di Tahun 1973, Kini Diambang Kepunahan
Karangasem, Bali Kini - Kesenian Janger-Kecak Bali tempo doeloe yang ada di Banjar Adat Wiryasari Amlapura, Desa Adat Karangasem, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem paling unik dan menarik diantara janger yang ada di Bali pada umumnya. Janger yang diperankan wanita dan kecaknya laki-laki itu diberi nama “Janger-Kecak Tumpang”. Dikutip dari tulisan I Komang Pasek Antara, Sabtu (04/12/2021).
Keunikannya, di sela-sela tarian para kecaknya menampilkan atraksi formasi akrobatik tumpang (tingkat) ke atas sampai 5-7 susun.
Selain unik, kecak-janger tersebut sangat kesohor di Bali sampai pernah pentas di taraf Nasional yakni di Kota Makasar, Sulawesi Selatan difasilitasi oleh Raja Karangasem yang memimpin saat itu, tepatnya sebelum Kemerdekaan RI di tahun 1937 lalu.
I Made Arnawa, Keliang Banjar Wiryasari Amlapura yang sekarang mendapat cerita dari orangtuanya I Komang Kenden (alm) yang juga penari kecak ikut tampil di Makasar menjelaskan, semua penari janger-kecak diangkut menggunakan alat transport kapal laut milik penjajah Belanda.
Hal senada juga dituturkan oleh I Made Cinta Astawa alias Angsiu, yang pernah diceritakan dari orangtuanya yang juga ikut berperan aktif mendirikan “Kecak-Janger Tumpang”. "Dari penuturan orang tua saya, Tarian kecak-janger tersebut di Makasar mendapat apresiasi dari warga Makasar yang langsung menontonnya, "tandasnya.
Sayangnya, kini “Janger-Kecak Tumpang” diambang kepunahan. Sudah tidak aktif ditarikan lagi sejak 30 tahun lalu. Menurut informasi, tarian ini terakhir kali ditampilkan oleh sekehe truna-truni Banjar Wiryasari Amlapura di Wantilan Desa Adat Karangasem 28 Oktober tahun 1991 lalu saat Banjar Wiryasari Amlapura merayakan ulang tahunnya ke-63. Dimana jumlah penari janger-kecak, waktu itu berjumlah total 28 orang, terdiri dari kecak 14 orang dan janger 14 orang.
Karena kecak-janger tersebut tak aktif lagi, penulis belum lama ini mencoba menelusuri sejarah keberadaan “Janger-Kecak Tumpang” kepada mantan pemainnya tahun 1991 dan narasumber lainnya. Sedangkan para pendirinya yang ikut pentas di Makasar waktu itu semuanya telah almarhum diantaranya I Wayan Rembe, I Komang Osek, I Komang Kenden, Ni Wayan Ceribik. Termasuk dokumentasi foto saat pentas di Makasar belum ditemukan.
Data yang peroleh penulis dari beberapa keluarga keturunan anak-cucu dari para pendiri dan penari “Janger-Kecak Tumpang” diantaranya mantan penarinya yang pernah ikut pentas tahun 1991 lalu, I Komang “Wawan” Kresna yang kini pengusaha ikan hias di Denpasar. Ni Wayan Bunadi pelaku pariwisata di Denpasar. Katanya Wawan, saat atraksi metumpang sedikit terasa tegang namun hilang pada saat mulai ikut melagukan kecak, malahan sebaliknya rasa semangat muncul. Waktu itu pelatihnya I Komang Osek (alm) yang juga ikut sebagai penari kecak pentas di Makasar.
Sedangkan Ni Wayan Bunadi yang dihubungi melalui WhatsApp mengungkapkan, masih ingat syair lagu jangernya dan mengirimkan chat kepada penulis. “Mudahan janger-kecaknya bangkit lagi ada yang meneruskan” katanya Wawan melalui chat WhatsApp
Busana kecak-janger yang pentas tahun 1991 sama seperti halnya busana janger-kecak masa kini dengan balutan busana adat Bali nya (lihat foto berwarna). Kecaknya berbusana kain/saput, bapang di leher, tanpa baju, destar dan hiasan muka. Sedangkan jangernya berbusana kain dan selendang sampai menutupi dada, bapang di leher, gelungan kepala, hiasan muka dan memegang sebuah kipas.
Formasi saat pentas di panggung berbentuk huruf “U” mengadap penonton. Dua baris kecak disamping kanan-kiri saling berhadapan dan jangernya satu baris mengadap penonton ke muka.
“Janger-Kecak Tumpang” juga pernah dilakoni oleh anak didik SDN 6 Karangasem Jalan Ngurah Rai Amlapura tahun 1970-an lalu juga dibawah pelatih I Komang Osek. Tempat latihan anak-anak waktu di tempat tinggalnya I Komang Osek, Pondokan Jalan Lettu Alit Amlapura, Kecamatan Karangasem.
Keunikan yang dimainkan anak-anak SDN 6 Karangasem waktu itu, selain kecaknya metumpang sampai tingkat 3 atau lebih juga mengenakan busana dan hiasan sangat sederhana sekali. Kostum celana pendek, baju kaos putih, bapang di leher, selendang pinggang dan kaos kaki putih serta di daun telinga disuntingkan sekuntum bunga kamboja. Sedangkan jangernya mengenakan kostum kamen (kain), selendang hingga dililitkan ke dada, dileher mengenakan bapang, hiasan kepala mengenakan bunga segar dengan hiasan muka sangat sederhana sekali. Sedangkan jumlah penari kecak-janger masing-masing 14 orang.
Sementara itu, putri dari I Komang Osek, Dra. Ni Wayan Restini mantan guru SDN 6 Karangasem yang waktu itu ikut melatih kecak-janger siswanya, menyampaikan ingatannya kepada penulis syair dan irama lagunya.
“Kecak-Janger Tumpang” SDN 6 Karangasem yang saat itu Kepala Sekolahnya I Wayan Pasek “Belik” pernah tahun 1970-an pentas di Gedung Kesenian Amlapura (kini MPP) jalan Gajah Mada Amlapura, dan tampil di beberapa tempat upacara adat/agama di Amlapura.
Keliang Banjar Wiryasari Amlapura,
I Made Arnawa, purnawirawan Polri mengatakan, pihaknya menginginkan ada generasi krama banjar melanjutkan, sayang para pemain generasi awal sudah semua almarhum sehingga kehilangan jejak, juga kesulitan pelatih yang bisa melatih kecak dan sekaligus jangernya secara maksimal. “Tapi ini menjadi atensi saya selalu keliang mudahan kecak-janger peninggalan para leluhur bisa diaktifkan kembali, tidak punah, bekerjasama dengan sanggar tari yang ada di Karangasem”, jelas I Made Arnawa.
Berikut beberapa bait kutipan syair nyanyian “Janger-Kecak Tumpang”.
Tabek saudara, tabek saudari
sekalian yg ada nonton disini.
Kami punya janger, kami punya janger baru belajar.
Kalau ada salah mohon di maafkan.
Jangkarangi jangi jangger, sak biang, sak biang, sak biang sir.
Jangi janger, jangi janger
Sadole, sadole , sadole lopong.
Dong dabdabang jangere tuun magending. Anak liu anak liu rauh menonton
Dabdabang-dabdabang adi mejangeran titiyang ngiring pituduh beli wantah sampun pikayun beli.
Jangi janger, seng sengi seng seng janger, seng sengi sengseng janger.
Seriang entur roraroti
Kelap-kelip ngalap bunga
Langsing lanjar pemulune nyandat gading.
Ngiring mangkin mejangeran seriang entorora roti.
Arasijang krangi janger, arasijang kerangi janger, arasijang kerangi janger. (Ami)
Jumat, 03 Desember 2021
BaliKini.Net
Bupati Suwirta Lepas Atlet Wushu Klungkung Ikuti Sirnas di Jakarta
BaliKini.Net
FOLLOW THE BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram