-->

Senin, 13 Februari 2023

Arunika Hotel & Spa Bali Opening Pada 14 Februari 2023


BALIKINI.NET | TUBAN — Februari 2023-Arunika Hotel & Spa, Bali dengan bangga mengumumkan pembukaan pada tanggal 14 Februari 2023. Arunika Hotel & Spa Bali adalah Hotel Bintang 4 dengan hotel butik yang menunjukkan keanggunan kontemporer ke tingkat berikutnya. Ini adalah konsep desain yang segar dan edgy yang memberikan sentuhan ceria pada tradisi arsitektur tropis. Hotel ditujukan untuk bisnis dan liburan dengan fasilitas yang jelas untuk kedua sektor pasar tersebut.

Pembukaan Arunika Hotel & Spa menjadi bagian dari kebangkitan industri pariwisata di Bali. Terletak strategis dekat dengan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Arunika Hotel & Spa siap mengakomodasi wisatawan bisnis dan liburan. Menyambut wisatawan yang cerdas ke lokasi yang diberkati dengan pemandangan Bandara yang luar biasa.

“Arunika Hotel & Spa telah menjadi salah satu solusi untuk segala kebutuhan tamu. Apakah akomodasi, makan, Rapat atau merayakan acara sosial. Kami siap menyambut para tamu dan menjamin pelayanan yang istimewa dan pengalaman tak terlupakan dengan konsep desain yang fresh, tradisi yang alami dan edgy” ujar Astari Utami, General Manager Arunika Hotel & Spa.

198 akomodasi elegan dan luas, termasuk kamar dan suite yang ditata sesuai dengan kebutuhan wisatawan modern dan eksekutif bisnis. Furniture khusus dan fasilitas kelas atas memberikan setiap kategori kamar tampilan kecanggihan yang halus. Dekorasi utamanya alami tetapi menjadi hidup dengan nada warna yang elegan dan pencahayaan yang meningkatkan suasana hati.
 
Dalam fasilitas serbaguna yang bergaya di sekitarnya untuk delegasi bisnis meliputi Ballroom & 6 ruang pertemuan dengan peralatan audio visual pendukung yang terletak di lantai dasar dekat lobi. Setiap ruang pertemuan sepenuhnya ber-AC untuk kenyamanan dan dapat diatur dalam konfigurasi yang berbeda untuk mengakomodasi presentasi, seminar pelatihan, dan table top diskusi. 

Untuk informasi detail tentang Arunika Hotel & Spa, dapat dihubungi di 0361-2090740 atau Official WA +62 81 252866252 e-mail info@arunikahotel.com follow us @arunikahotelandspa di Social Media atau kunjungi website hotel www.arunikahotel.com untuk informasi lebih lanjut & penawaran menarik.

Sabtu, 24 Desember 2022

Bissu, pendeta “multi-gender” di Indonesia di ambang kepunahan

 


Bissu, pendeta “multi-gender” di Indonesia di ambang kepunahan


Usai subuh di sebuah daerah di Sulawesi Selatan, seorang pendeta non-biner yang dikenal sebagai Bissu, berjalan tanpa alas kaki untuk melakukan ritual tahunan Mappalili. Ini menandai dimulainya musim tanam di Sulawesi, dimana komunitas Bissu -yang tidak jelas apakah ia bergender perempuan atau laki itu- kini berjuang melawan kepunahan. Jumlah Bissu yang ada sekarang tinggal kurang dari 40 di sejumlah wilayah di Sulawesi Selatan itu, menurut para antropolog, aktif mengambil peran adat seperti sebagai dukun untuk mencegah tradisi ini hilang.

Jumat, 14 Oktober 2022

Tradisi Gebug Ende Seraya Merupakan Sebuah Pertunjukan Rakyat


Karangasem, Bali Kini - Bupati Karangasem I Gede Dana megebug bersama Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang menghadiri acara pembukaan Seraya Culture Festival 2022, pada Jumat (14/10/2022) sore. Giat Megebug ini dilaksanakan sebagai tanda jika Seraya Culture Festival 2022 telah resmi dibuka, dilanjutkan dengan pelaksanaan Gebug Ende yang bersifat hiburan oleh para warga setempat. 

Sebelum pelaksanaan Gebug Ende yang bersifat seremonial yang diadakan di Lapangan Ki Kopang, Desa Seraya, Kabupaten Karangasem ini dilaksanakan, telah dilaksanakan terlebih dahulu Gebug Ende yang bersifat sakral di Pura Bale Agung, Desa Adat Seraya. 


Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Gede Arya Sugiartha mengatakan jika pelaksanaan tradisi Gebug Ende Seraya merupakan sebuah pertunjukan rakyat yang telah memiliki nilai-nilai kearifan lokal. "Dalam upaya pelestarian kebudayaan Bali, tradisi Gebug seraya yang dirangkaikan Seraya Culture Festival 2022 sebagai upaya menempatkan fungsi kebudayaan Bali yang dijiwai agama Hindu sebagai modal budaya masyarakat Hindu Bali dalam menghadapi berbagai peluang dan tantangan globalisasi seeta membangun landasan yang kokoh bagi semua generasi untuk selalu mencintai seni dan budaya yang dimilikinya, " Ujarnya. 


Sementara itu, Kliang Adat Desa Seraya, I Made Salin mengatakan untuk menjaga kesakralan Tradisi Gebug Seraya dan menjaga pakem asli dari Gebug Ende, baik gerakan maupun tatanan gong pengiringnya, kami dari warga seraya baik pelaku, pecinta, maupun pengamat Tradisi Gebug Seraya ingin melaksanakan tradisi ini dengan pakem dan sesuai waktu yang sebenarnya. (Ami)


Kamis, 13 Oktober 2022

Tradisi Nyeret Desa Ababi

Karangasem, Bali Kini - Mengulas tradisi di Karangasem, Bali Bagian timur seakan tidak ada habisnya. Seperti pada hari ini, Rabu (12/10/2022) terlaksana tradisi unik di Desa Adat Ababi, Kecamatan Abang bernama Tradisu Nyeret. 


Tradisi Nyeret merupakan rangkaian upacara Aci Pengayu-ayu Purnama Kapat, Desa Adat Ababi. Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, tepatnya 2 hari setelah Purnama Sasih Kapat. 



Tradisi ini khusus dilaksanakan oleh para pemuda Desa Adat Ababi, mereka mengenakan saput poleng serta udeng merah dan bertelanjang dada, serta membawa properti sebilah keris sambil berteriak-teriak di sepanjang jalan. Tradisi Nyeret sendiri merupakan ekspresi pengabdian kepada Ida Sang Hyang Widhi sebagai manifestasinya yakni Ida Bhatara Mendak Sakti yang telah memberikan keselamatan. 


Sebelum diadakan prosesi Nyeret ini, warga Desa Ababi melaksanakan prosesi melasti, yakni berjalan kali dari Desa Adat Ababi menuju pantai Segara Jasri dimana jaraknya lumayan jauh. 


Kelian Desa Ababi, I Gede Pasek Ariana menuturka jika para pemuda setempat yang melaksanakan tradisi ini, mereka berjalan kaki sepanjang 6 km. "Nyeret ini merupakan prosesi mendak Ida Bhatara Ngurah Sakti dari Pura Laga menuju Pura Puseh dengan cara berjalan kaki sambil menghunuskan atau keris ke atas," Katanya. Sembari mengatakan peserta yang Nyeret kali ini mencapai ratusan pemuda. 


Sebelum Nyeret, para pemuda melaksanakan persembahyangan terlebih dahulu di Pura Puseh Desa Adat Ababi. Setelah itu barulah prosesi nyeret dilakukan. Mereka berlarian sambil menghunuskan keris ke atas dan berteriak-teriak sepanjang jalan. 


Sepanjang prosesi berjalan, para pemuda harus tetap menghunuskan kerisnya ke atas dan tidak boleh menurunkannya. Karena, diyakini jika keris tersebut bersifat sakral. 


"Keris ini sakral, makanya harus dipegang ahak tinggi. Keris ini juga digunakan secara turun temurun sejak zaman dahulu. Meskipun tidak ada sanksi jika keris diturunkan, namun kami percaya ada pertanggungjawabannya kepada Ida Bhatara," Tandasnya. (Ami).

Senin, 10 Oktober 2022

Karya Ngenteg Linggih Caru Rsi Gana Banjar Tampakgangsul Denpasar


Walikota Jaya Negara Ngayah Mesolah Topeng Arsa Wijaya


Denpasar, Bali Kini - Bertepatan dengan Rahina Purnama Kapat, Soma Wage Dukut, Walikota Denpasar, IGN. Jaya Negara Ngayah Mesolah Topeng Arsa Wijaya serangkaian Puncak Karya Ngenteg Linggih, Padudusan Alit, Mupuk Pedagingan, Caru Rsi Gana dan Jempong Asu di Banjar Tampakgangsul Denpasar, Senin (10/10).


Tampak hadir juga dalam kesempatan ini, Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Sekda Kota Denpasar, IB. Alit Wiradana, Anggota DPR RI, IGA. Rai Wirajaya, Ketua Komisi I DRRD Kota Denpasar, I Ketut Suteja Kumara, Mantan Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra dan undangan  lainya.


Sebelum upacara, di awali dengan tarian Rejang Dewa, Wayang Lemah, Topeng Keras, Topeng Tua, Topeng Penasar, Topeng Arsa Wijaya, dan Topeng Sidakarya serta Tari Baris.


Walikota Jaya Negara usai upacara mengatakan, pelaksanaan  Karya Ngenteg Linggih, Padudusan Alit, Mupuk Pedagingan, Caru Rsi Gana dan Jempong Asu Banjar Tampakgangsul Denpasar ini adalah salah satu bentuk untuk meningkatkan sradha bhakti yang ada di setiap umat. Apalagi di komunitas masyarakat seperti banjar, perlu diapresiasi  bagaimana membangun sradha bhakti masyarakat melalui upacara yang dilaksanakan.


“Mengenai pelaksanaannya, Pemkot Denpasar memberikan apresiasi dimana muncul kemandirian dan kesadaran  masyarakat yang begitu dalam melaksanakan Yadnya   sehingga manfaat yang kita peroleh dalam penyelenggaraan upacara keagamaan yang dikenal dengan istilah Tri Guna Karya serta Satwika Karya dapat kita peroleh dengan baik,” kata Jaya Negara.


Walikota Jaya Negara juga mengharapkan setelah dilaksanakannya Upacara Karya Ngenteg Linggih, Padudusan Alit, Mupuk Pedagingan, Caru Rsi Gana dan Jempong Asu Banjar Tampakgangsul Denpasar ini seluruh umat terutama penyungsung dan pengempon serta Krama Banjar dapat terus meningkatkan sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


“Tentu pelaksanaan Yadnya ini sebagai sarana peningkatan nilai spiritual sebagai umat beragama. Kami berharap kedepan upacara Yadnya ini dapat memberikan energi positif yang dapat memancarkan hal positif bagi umat serta menetralisir hal- hal negatif dilingkungan desa setempat,” katanya.


Manggala Karya I Wayan Sugitha, didampingi Kelian Adat Banjar Tampakgangsung A.A.Ketut Ekayadnya yang ditemui disela-sela upacara mengatakan, pelaksanaan karya ini merupakan upacara Dewa yadnya. Kegiatan serupa pernah dilaksanakan pada tahun 1953 silam


Dimana karya ini pada umumnya diadakan tiap tiga puluh tahun sekali. Dalam upacara ini, semua pelinggih yang ada di paryangan banjar  dipelaspas dan dipendem pedagingan. "Semua pelinggih yang ada di Merajan Banjar Tampakgangsul, termasuk Balai Kulkul. Semuanya akan dipelaspas dan dipendem pedagingan," katanya.


Upacara ini dipuput tiga sulinggih, yakni Ida Pedanda Gede Made Karang dari Griya Karang Tampakgangsul, Ida Pedanda Gede Oka Karang dari Griya Lumintang dan Ida Pedanda Gede Oka Mas dari Griya Satria. Selaku Yajamana karya, yakni Ida Pedanda Made Karang. (ays/r4).

Selasa, 04 Oktober 2022

Jegog Jembrana Siap Meriahkan Presidensi G20


Jembrana , Bali Kini - Kesenian Jegog turut ambil bagian dalam memeriahkan pelaksanaan kegiatan Presidensi G20 di Bali yaitu pada event World Conference on Creative Economy (WCCE) yang akan dilaksanakan pada 5-7 Oktober 2022 mendatang di Nusa Dua, Badung.

Hal tersebut disampaikan Bupati Jembrana I Nengah Tamba saat menyaksikan latihan kesenian Jegog yang akan tampil pada event WCCE, Senin (3/10) di Angkringan Negaroa Bahagia. Bupati Tamba menegaskan agar para seniman jegog dapat memberikan penampilan terbaik, tidak hanya dari alunan semangat Jegog namun juga atraksi yang ditampilkan oleh para penabuh itu sendiri.


"Atraksi budaya Jegog Jembrana ini akan tampil di WCCE di Nusa Dua dalam rangkaian kegiatan G20. Tentunya, kebutuhan audience internasional beda dengan kita. Selain mendengarkan alunan musiknya, juga menyaksikan atraksi dari para penabuhnya," ujarnya.


Lebih lanjut, Bupati Tamba meminta kepada para penabuh agar menampilkan Jegog yang penuh semangat sehingga dapat memberikan  aura yang positif terhadap kegiatan yang diselenggarakan.


"Saya minta kepada teman-teman bagaimana mereka harus menunjukan sebagai masyarakat Jembrana yang memiliki semangat dan kesantunan yang tinggi," tandas Bupati Tamba.


Lanjut, Bupati asal desa Kaliakah ini yakin ketika Jembrana mencapai waktu emasnya, kesenian Jegog akan menjadi agenda rutin dalam kalender atraksi budaya.


"Ini adalah kesenian bentuk budaya yang sangat kita hargai, pada tahunnya nanti, Jegog akan menjadi salahsatu dari nominasi dari event budaya yang ada di kabupaten Jembarana," ucapnya.


Ditambahkannya, Bupati Tamba berharap selain menampilan atraksi sesuai dengan selera Internasional, tetap tidak mengurangi nilai-nilai tradisionalnya.


"Saya memastikan bahwa penampilan anak-anak ini memang sesuai dengan kebutuhan internasional dengan tidak mengurangi konten lokalnya," kata Bupati Tamba.


Senada dengan yang disampaikan Bupati Tamba, ketua Yayasan Jegog Jembrana Ketut Suarda juga berpesan kepada para penabuh agar bisa tetap fokus menampilkan pertunjukan yang terbaik.


"Kita harus tampil semaksimal mungkin karena ini acara bertaraf dunia, jadi persiapannya harus matang dan tidak boleh ragu. Serta tetap semangat seperti Jegog, selain itu klasik ya juga harus ditampilkan," pungkas Suarda. [Ngr]

Senin, 29 Agustus 2022

Wanita, Kata, Merdeka



IK Eriadi Ariana*

DIAH Tantri termangu dalam temaram malam yang dingin. Tubuhnya nyaris menggigil, menunggu kedatangan Sri Maharaja Aiswaryadala, pemimpin agung Kerajaan Patali. Malam itu Diah Tantri mendapat giliran untuk melayani hasrat seksual raja yang tidak pernah terpuaskan. Malam itu, pergulatan kata ditakdirkan mengubah dunia.

Sebelum tiba giliran Diah Tantri, ribuan gadis telah “dinikmati” Aiswaryadala. Sebuah perintah yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan telah ditetapkannya, bahwa setiap gadis di negeri itu saban malam secara bergantian harus melayani raja di peraduan. Pada masa itu, perintah raja adalah wahyu Tuhan yang mustahil untuk dilawan. Rakyat pun menyerah tanpa syarat. Tiada kemerdekaan dalam jiwa maupun raga.

Jika ingin hidup enak, Diah Tantri sebenarnya memiliki kuasa yang cukup untuk “lari dari kenyataan”. Ia adalah putri Patih Bandeswara yang merupakan panglima tertinggi Negeri Patali. Pangkat mentereng dengan segudang pengalaman di barak militer, intelejen, hingga reserse adalah modal yang lebih dari cukup bagi Bandeswara untuk sekadar “melindungi” putrinya. Bandeswara bisa dengan mudah menghilangkan bukti keberadaan anaknya, misalnya dengan menghilangkan rekaman setiap CCTV dari kaputren. Namun, ia tidak mau melakukan semua itu.

Tidak disangkal bahwa Bandeswara adalah panglima lurus dan tulus. Ia tidak pernah “aji mumpung” karena berkedudukan tinggi. Alih-alih melakukan nepotisme dan memperkaya diri, baginya jabatan dan pangkat adalah momen untuk membayar hutang pada tanah dan air yang menghidupi. Jabatan yang ia terima tidak lebih wujud dari kepercayaan rakyat, dan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Hyang Titah, kala waktunya tiba.

Sikap lurus Bandeswara menurun pekat ke pribadi Diah Tantri. Ia tidak ingin memanfaatkan semua kemudahan yang didapat dari kelahirannya sebagai seorang putri panglima besar. Lebih dari itu, Diah Tantri justru memiliki rasa welas asih dan solidaritas. Ia prihatin terhadap nasib yang menimpa ribuan perempuan Patali.

Menurut Diah Tantri, perempuan tidak diciptakan untuk beroposisi dengan laki-laki. Perempuan memiliki kemerdekaan penuh atas dirinya untuk menentukan nasibnya sendiri. Oleh karena itu, ia selalu berpikir untuk mengupayakan gerakan perubahan. Setelah pertimbangan yang matang, menurutnya satu-satunya cara untuk melawan tirani yang tengah tumbuh subur di Kerajaan Patali dan merenggut kemerdekaan gadis-gadis negeri itu adalah dengan “menghantam” pusat kuasa. Langkah persuasif dipilih untuk meyakinkan Aiswaryadala bahwa tindakannya salah.

Syahdan, tibalah malam itu. Waktu bagi Diah Tantri untuk melayani sang raja tiba. Ketika sang raja datang, Diah Tantri mulai memainkan lakunya. Ia memuja Sang Hyang Semara, dengan segala kemolekan diri, mulai menarik hati sang raja. Ketika Aiswaryadala terjerat jala asmara, Diah Tantri dengan cepat menyanderanya. Pada sepersekian detik penting itu, Diah Tantri memohon anugerah pada Aiswaryadala agar diizinkan menuturkan kisah dunia antah-berantah dari negeri para binatang.

Diah Tantri bagai dianugerahi Sang Hyang Aji Saraswati. Rencananya berhasil, Aiswaryadala bagai bertekuk lutut. Pada mulanya, Aiswaryadala hanya memberi izin Diah Tantri untuk bercerita. Satu, dua, tiga fragmen cerita dituturkan, menyambung satu per satu seperti aliran sungai. Semakin dikisahkan, raja semakin penasaran mendengar kisah yang lain.

Malam berlalu dengan cepat. Kala cerita Diah Tantri usai, fajar telah menyingsing. Ajaibnya, kisah-kisah binatang itu justru meruwat hati Aiswardayala. Seperti matahari yang menyeka malam, kisah-kisah itu membuat penguasa Patali menyadari bahwa selama ini ia telah membuat kekeliruan besar. Pada akhirnya, Maharaja Aiswaryadala bersetia di hadapan Diah Tantri untuk menyudahi semua tirani yang diperbuat.
***
Kisah Diah Tantri sebagaimana diutarakan pada kisah di atas tersurat dalam teks Tantri Kāmandaka Jawa Kuno (lihat Suarka, 2007). Masyarakat Bali—utamanya bagi mereka yang nyastra—cukup baik mengenal kisah ini. Kepopuleran Tantri Kāmandaka terbukti dari banyaknya saduran lintas batas yang hidup dari masa ke masa. Saduran kisah itu banyak digurat dalam lembar-lembar lontar, ada pula yang ditatah dalam padas-padas sebagai relief penghias bangunan. Pada masa yang lebih belakang, cukilan kisahnya muncul pada buku-buka ajar di sekolah, juga sebagai animasi.

Jika dibaca-baca lagi, kisah itu mengalirkan sejumlah pesan moral yang abadi melintasi dimensi zaman. Kesetiaan, kepercayaan, persahabatan, kejujuran, hingga sikap kritis dan skeptis adalah nilai-nilai abadi yang dikandung. Nilai-nilai itu menunggu untuk diwujudkan dalam laku nyata oleh insan manusia agar bijak di tengah hamparan alam mahaluas.

Figur Diah Tantri dalam susastra itu secara terang benderang merepresentasikan sosok wanita yang berupaya membongkar hierarki gender. Perlawanan Diah Tantri pada kuasa Aiswaryadala telah membalikkan paradigma bahwa perempuan adalah sosok tidak berdaya. Banyak di antara kita sering kali terjebak pada labirin polarisasi hitam-putih, atas-bawah, atau kanan-kiri yang radikal. Perempuan dipertentangkan dengan laki-laki, wanita dipertentangkan dengan pria, hanya karena keduanya memiliki anatomi tubuh, sifat, dan tugas berbeda.

Ada banyak anggapan yang menempatan perempuan sebagai insan tidak berdaya. Persepektif semacam itu mencipta gerakan pemberdayaan yang sering kali muncul dan dipolitisasi hanya untuk kepentingan tertentu. Kita sering kali lupa, bahwa dengan menyematkan narasi “ketidakberdayaan perempuan”, maka pada detik yang sama telah membenarkan perempuan memang tidak berdaya. Bukankah narasi semacam ini justru telah meruntuhkan kemuliaan dan segala kelebihan perempuan?

Kisah Tantri Kāmandaka turut memberi garis tebal pada narasi kuasa kata-kata dalam percaturan sistem politik—dan kehidupan. Diah Tantri mengajak pembacanya mengingat bahwa aliran kata adalah senjata yang paling tajam, cermin paling jernih, sekaligus pelita paling benderang untuk membangun peradaban. Ujaran kebencian si anjing, Sambada, terbukti berhasil meruntuhkan persahabatan sang singa, Pinggala dan sang lembu, Nandaka; kebohongan si bangau, Baka membawanya pada kematian yang tragis; namun kepiawaian si kambing, Mesaba, berhasil membuatnya sebagai satwa berwibawa di belantara.

Laku para binatang dalam kisah itu mengingatkan pembaca untuk menjunjung tinggi kebenaran dan kemuliaan kata-kata, terlebih bagi mereka yang mengemban tugas sebagai pemimpin. Pemimpin jangan menjauh, apalagi takut pada kata-kata—dan śastra. Maksudnya, jangan takut kritik, jangan pula ragu mengkoreksi ucap, sebab kata-kata akan selalu mencari jalan untuk diketahui setiap pemilik telinga. Kata-kata selalu hadir merdeka dan memerdekakan, tanpa hina dan cela.

*Penutur adalah jurnalis, pencinta sastra Jawa Kuno, dan Jero Penyarikan Duuran di Pura Ulun Danu Batur.

Selasa, 26 April 2022

Bali Jadi Fokus Wisata Medis Dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Australia



BALI, Bali Kini -  Melalui payung Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia - Australia, Katalis mendanai sebuah studi baru untuk memetakan peluang kemitraan komersial Australia dan Indonesia di sektor wisata medis, dengan fokus pada Bali. 

Studi dimulai April 2022 dan akan berlangsung selama beberapa bulan tersebut akan menyediakan analisis komprehensif tentang kebutuhan mendesak dan spesifik industri wisata medis Indonesia, serta menggali potensi kemitraan komersial dengan penyedia layanan kesehatan dan pendidikan serta  keterampilan Australia dalam hal peningkatan kualitas layanan kesehatan dan sumber daya manusia, sebagai bagian dari implementasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia. 

Industri wisata medis yang mencakup tindakan dan prosedur pencegahan, operasi, dan pasca operasi, menyediakan peluang kerjasama antara pelaku industri di Indonesia dengan penyedia layanan dan pendidikan kesehatan berkualitas di Australia, untuk memperluas jenis penawaran dan jaringan antar institusi. 

“Dengan keunggulan dalam hal layanan kesehatan dan pendidikan serta keterampilan kelas dunia, dan memanfaatkan akses kemitraan yang tersedia dalam IA-CEPA, Australia siap mendukung upaya Indonesia merevitalisasi layanan kesehatan dan mendiversifikasi ekonomi melalui sektor wisata medis. Bali merupakan pilihan tepat dan dapat menjadi pintu masuk untuk menggali pasar dan tren lebih lanjut dalam sektor ini,” kata Anthea Griffin, Konsul-Jenderal Australia di Denpasar.

Secara khusus, studi tersebut akan mengidentifikasi kolaborasi peningkatan kapasitas tenaga kerja Indonesia di bidang wisata medis, yang didominasi pekerja perempuan. Peningkatan investasi di sektor ini juga diharapkan akan menciptakan banyak pekerjaan baru, dan memperluas kesempatan bagi perempuan dan mereka yang mengalami disabilitas serta berasal dari kelompok minoritas. 

“Peningkatan keterampilan dan kompetensi di sektor kesehatan akan menguntungkan pasien dan penyedia layanan kesehatan. Kami siap bekerja sama dengan industri terkait untuk secara spesifik mengidentifikasi kebutuhan yang ada dan untuk menyediakan pelatihan terfokus, pertukaran keterampilan, dan hubungan produktif antara para penyedia layanan kesehatan dan pendidikan di Indonesia dan Australia,” kata Paul Bartlett, Direktur Program Kerjasama Ekonomi Katalis.(BLKN)

© Copyright 2021 BALIKINI.NET | BERIMBANG, OBYEKTIF, BERBUDAYA | All Right Reserved